Biasanya masalah itu dihindari. Itu normalnya yang saya lakukan. Pusing rasanya kalau masalah datang, pengennya cepat terselesaikan supaya hidup tenang. Tapi, beberapa minggu ini sepertinya saya harus mengubur dalam-dalam cara berpikir itu. Saya malah mendapatkan tugas untuk mencari masalah di sekolah, khususnya dalam proses pembelajaran di kelas saya.
Awalnya sulit. Saya duduk berjam-jam di depan laptop menuliskan berbagai masalah dengan indikasi yang menyertainya. Sulitnya adalah, menahan diri untuk tidak menuliskan penyebabnya. Hanya cukup sampai indikasinya.
Lanjut di minggu selanjutnya adalah proses identifikasi penyebab. Dalam hati saya berkata,"Nah, ini yang saya tunggu-tunggu!" Tapi, kembali berjam-jam saya duduk di depan laptop untuk menyelesaikan tugas ini. Sebelumnya, saya pikir penyebab itu bisa saya tulis dari perkiraan saya sendiri. Ternyata tidak semudah itu, ferguso! Penyebab itu harus didasarkan pada wawancara ahli, kajian literatur, dan wawancara warga sekolah. Dari sini saya mulai tertampar, "Praaakkkk..." Hahaha, terlalu dramatis rupanya. Saya menyadari bahwa cara berpikir saya yang terlalu ingin cepat selesai dengan asumsi saya sendiri itu salah. Saat menetukan penyebab dari suatu masalah, hendaknya kita cari sumber-sumber lain sebagai bahan untuk triangulasi data. Malu sendiri rasanya, ngakunya lulusan S1 tapi masalah sesimpel ini saja saya masih gagap.
Setelah melewati proses bergadang, akhirnya selesailah lembar kerja penyebab masalah itu. Ternyata masih lanjut gaisss...
Selanjutnya adalah saatnya menentukan akar penyebabnya. Ini juga cukup membingungkan. Kemampuan untuk mensintesa data dipertanyakan. Di sini lah saya mulai meragukan diri sendiri. "Bisa ngga yaa aku mengambil keputusan yang tepat." Setelah tanya sana sini, akhirnya saya dapat memutuskan si akar penyebab masalah ini. Dosennya pun alhamdulillah okee...
Belum selesai juga gaiss...
Langkah selanjutnya ada pencarian solusi. Kembali lagi, solusinya bukan dari kita. Solusinya dari kajian literatur, wawancara ahli dan warga sekolah (again😅)
Berasa disuruh ekstensif reading lagi sama Ms Nida (miss you ms...) Malam penuh dengan bergadang kembali lagi dan akhirnyaaaaa selesai 😠akhirnya didapatlah solusi-solusi dari 4 masalah utama dalam pembelajaranku.
Ini bukan proses yang instan, sangat panjang dan melelahkan. Tapi senenggg.....
Saya benar-benar merasa ada yang mengajari dan membimbing dengan penuh kesabaran (luv Ms Wati dan Ms Kathrin). Terharu dengan kerja kerasa mereka. Terwaw-waw juga dengan cara berpikir dan cara mengajar mereka yang problem based banget.
Mohon maaf ini tulisannya sangat alay ya. Ini benar-benar curahan hati saya sebagai peserta PPG Kategori 2 2022 ini. I am blessed with amazing people around me. Alhamdulillah...
Akhirnya, yang bisa saya petik dari proses ini adalah, kadang menutup diri dari masalah itu bisa saja menutup diri dari kebebasan berpikir. Ini menyebabkan otak saya malas untuk memproses segala sesuatu, merasa depressed tapi tidak mencari solusi. Next, yuk lebih ramah pada masalah. Percaya bahwa Allah memberikan masalah sebagai bahan pembelajaran. Yak, problem based learning dari Rabb, pendidik paling hebat di seluruh alam semesta.
0 Komentar