Selama masa pandemi ini berlangsung, banyak hal-hal baru yang bisa kita lakukan dari rumah. Salah satunya adalah mengikuti webinar yang diselenggarakan di berbagai platform. Seperti laiknya seminar pada umumnya, ada yang gratis dan ada pula yang berbayar. Saya sendiri lebih sering ikut yang gratisan, hehe, tapi jangan salah, gratis pun banyak juga yang kontennya berkualitas. Selain sebagai self improvement, adanya acara seperti ini juga menjadi pemenuhan kebutuhan sosialisasi yang hampir hilang di masa serba terbatas saat ini. Saya bisa bertemu dengan guru dari berbagai tempat dan mengetahui hambatan mereka yang membuat saya merasa lebih tenang karena tahu bukan saya sendiri yang terseok-seok di masa pandemi ini. Jika beruntung, kita juga bisa mendapatkan siraman ide-ide unik pembelajaran.
Beberapa hari yang lalu alhamdulillah saya mendapat kesempatan untuk mengikuti webinar dari The British Institute (TBI) tentang How to Teach Reading Skill. Awalnya saya mengira ini akan berisi tentang beberapa set strategi mengajar reading yang bisa diaplikasikan di kelas. Ternyata perkiraan saya meleset. Webinar ini justru sangat fokus membahas "teaching reading skill" dan penekanan konsep keterampilan membaca itu sendiri.
Ada beberapa poin-poin dari pemateri yang menurut saya sangat menyegarkan. Sebenarnya, saya sudah tulis poin itu di kertas saat penyampaian materi berlangsung. Namun, sepertinya akan lebih melekat ilmunya jika saya tuangkan ke dalam bentuk tulisan seperti ini. Lagi pula, jika ada teman-teman yang menemukan blog saya dan membaca tulisan ini kemudian bisa juga ikut tercerahkan sepertinya akan lebih menyenangkan bisa turut berbagi.
Kita mulai dengan poin pertama:
Practice Reading Skill
Ini adalah contoh skenario pembelajaran. Pertama-tama, kami ditunjukkan sebuah peta dan diminta untuk menebak lokasinya. Di sini peserta cukup penasaran dan antusias untuk menyebutkan tempat-tempat yang kira-kira sesuai dengan peta tersebut. Kemudian, kami diberikan sebuah gambar dan diminta untuk menebak apa yang sedang terjadi. Dengan menggabungkan informasi dari dua gambar tersebut kami diminta untuk memprediksi kejadian apa dan dimana itu terjadi. Hasil tebakannya pun beragam. Hal ini tidak masalah karena setelah ini kami diajak untuk membuktikannya pada teks.
Tidak seperti pada pembelajaran reading pada umumnya yang langsung ditunjukkan teks panjang, kami hanya diberikan waktu 5 detik untuk mengobservasi isi teks dan membuktikan apakah tebakan kami benar atau salah. Singkatnya waktu yang diberikan dengan misi yang harus kami lakukan membuat kegiatan ini lebih hidup. Saya merasa pembelajaran membaca ini tidak lagi identik dengan suasana tegang, tenang dan bahkan hening karena kami sangat antusias.
5 detik berlalu dan kami ditanya kata apa saja yang kami baca dan memperkirakan alur yang tepat untuk cerita di balik gambar. Setelah pendapat individu diutarakan, kini saatnya masuk ke breakoutroom untuk menyatukan pendapat-pendapat tersebut. Dengan adanya perbedaan kemampuan observasi, tentunya masing-masing grup memiliki kumpulan informasi berbeda yang pada akhirnya memungkinkan perbedaan alur cerita. Benar saja, setelah breakout room ditutup dan kami mempresentasikan hasil diskusi sebelumnya, cerita yang terbentuk memang berbeda. Hal ini membuat kami cekikikan sendiri karena ada saja detail yang lucu.
Di tahap ini, saya belajar tentang bagaimana membuat kesalahan menjadi hal yang tidak terlalu menakutkan atau bahkan memalukan. Bukan guru ataupun peserta lain yang mengoreksi kesalahan kita, melainkan sumber belajarnya. Apalagi, kesalahan ini dilakukan bersama-sama dengan teman sekelompoknnya sehingga salahpun ya tidak apa-apa toh banyak temannya. Hahaha... Begitupun sebaliknya, jika jawaban yang dikonstruksi benar maka akan menjadi prestasi kecil yang tentunya bisa memacu proses belajar. Selain itu, hubungan yang terbangun dalam tiap kelompok pun akan lebih seru dan hangat.
Setelah mengetahui kesalahan masing-masing, setiap siswa diberi kebebasan untuk mengecek informasi yang valid di teks secara keseluruhan dengan membaca secara skimming selama 5 menit. Di sini kami juga diminta untuk mengumpulkan informasi-informasi yang belum diketahui sebelumnya. Sekali lagi, terbatasnya waktu dengan misi yang harus kami capai ini bukan sesuatu yang mudah namun bukan juga sesuatu yang tidak mungkin. Itulah yang membuat kegiatan ini lebih menyenangkan dan menantang. Setelah 5 menit berlalu, kami ditanya apa saja yang seharusnya kami revisi dari hasil diskusi awal dan detail-detail apa saja yang kami lewatkan.
Melatih Keterampilan Membaca VS Melatih Membaca untuk Tes
Cara ini unik sekali bukan? Tidak seperti biasanya saat belajar untuk ujian nasional atau ujian kebahasaan lain yang biasanya kita selalu dilatih untuk berangkat dari pertanyaannya dulu baru kemudian membaca teksnya.
Hal inilah yang kemudian ditekankan oleh pematerinya bahwa melatih keterampilan membaca itu berbeda dengan melatih anak membaca untuk mengikuti tes. Poin inilah yang menurut saya paling keren. Karena, sebelumnya saya sebenarnya pernah belajar hal-hal terkait dengan membaca di bangku kuliah. Saya paham proses membaca seperti apa, strategi meningkatkan kemampuan membaca, dan lain sebagainya. Namun, ternyata paham saja tidak cukup. Saya perlu masuk dulu ke dunia pendidikan baru saya bisa menyadari hal-hal esensial yang saya lewatkan.
Membaca untuk tes akan berfokus bagaimana untuk mendapatkan skor yang bagus dengan menerapkan beberapa strategi "menjawab soal." Misalnya, jika soal menanyakan main idea berarti lihat kalimat awal atau akhir atau jika bingung jawabannya yang mana silahkan pilih opsi yang paling panjang. Nah, bedanya dengan membaca untuk melatih keterampilan membaca adalah fokus tujuan yang tidak lagi pada bagaimana menjawab pertanyaan tapi lebih kepada bagaimana strategi kita untuk menjadikan pengalaman membaca ini lebih efektif.
0 Komentar