Novel hasil kepo rak buku kelas EL. Ditulis oleh Nadia Hussain, penulis muslim asal Inggris yang juga terkenal sebagai presenter TV. Sesuai dengan asal penulisnya, bahasa Inggris yang digunakan dalam novel ini juga ala-ala British English.
Misalnya, to pick up yang artinya menjemput , di novel ini akan ditulis to collect. Ungkapan lain misalnya biasanya gas, nah di novel ini pakainya petrol.
Secara konten, novel ini menceritakan tentang kehidupan di suatu keluarga muslim di Inggris. Keluarga itu dikenal sebagai keluarga Amir yang terdiri dari ayah, ibu berserta 5 anaknya. Kelima anak tersebut mempunyai cara berfikir dan karakter yang completely different. Awalnya, mereka selalu memberikan pemakluman satu sama lain meskipun dalam hati kecilnya mereka tidak suka/nyaman dengan perilaku atau sikap saudaranya. Sampai akhirnya terjadi suatu musibah yang mampu membuat mereka mengungkapkan isi hatinya dan menjadikan mereka lebih dekat satu sama lain.
Penulis merangkai alur ceritanya dengan mengambil sudut pandang dari masing-masing anak Pak Amir ini secara bergantian. Sehingga pembaca dapat lebih memahami perbedaan cara berfikir dan karakter tokohnya. Yang saya suka dari novel ini adalah ada bagian-bagian cerita yang mengejutkan, sulit ditebak, tapi tetap sederhana. Konteks bahasannya juga masih sangat relevan dengan kehidupan keluarga pada umumnya dan lebih mengingatkan kita tentang hal yang sangat penting namun sering miss dalam keluarga, yakni:
"Seberapa kenal sih kita dengan karakter asli anggota keluarga kita sendiri? Pernah ngga sih kita berusaha mencari tahu apa yang sebenarnya mereka rasakan?"
Yups, kadang kita merasa paling tau tentang anggota keluarga kita. Faktanya, ada hal-hal yang mereka sembunyikan karena merasa kita bukan orang yang tepat untuk mengetahui hal itu. Alasannya bisa karena kita pernah mengecewakannya, membuat dia tidak nyaman, atau karena kita tidak sepenuhnya care/peduli.
Budaya di sebagian masyarakat kita yang cenderung kepo pada hal-hal pribadi kadang juga menjadi faktor penyebab seseorang menggunakan topeng. Karena kepo mereka itu bukan mau care atau membantu dan peduli, tapi cuma sekedar ingin tau atau malah menggunakan cerita yang mereka dapat untuk menggibah dengan orang lain. Astagfirullah...
Setelah itu biasanya diikuti dengan sikap judgemental, seperti:
Si A emang gitu ya orangnya....bla bla bla.Hemmm, anyway kalau menemukan kejadian seperti itu gausah terlalu dipikirin ya. Those people are out of your control. Instead of using your precious energy and brain to think those toxic people, you can focus on things you can control such as your project, your hobby, etc.
Finally, I can say that this novel is cool. Banyak hal-hal yang bisa saya pelajari melalui novel ini. Salah satunya tentang bagaimana menunjukkan kepedulian pada anggota keluarga kita, sikap peduli yang tidak hanya menggunakan standar bahagia kita tapi peduli yang mau melihat ke karakter asli masing-masing anggota keluarga.
Selain itu, berikut adalah beberapa kutipan kalimat di novel yang menurut saya keren dan bisa jadi bahan renungan.
My mouth never quite manages to say the words my brain thinks. It could save me a lot of trouble.
Sometimes, it doesn't matter what you say, people will always find fault with it.
Say Bismillah before you begin
...the way we think affects what happen to us, so maybe the same goes for what we think about others, said Ash.
People never do live up to your expectations of them.
Home is wherever you feel the safest - the most comfortable and where you can be yourself
You get used to things because you have to. Not because you like it, just because that's how things are and so you make the most if it.
'Fatima, you'll find that in life, there's a first time for everything,'said Ash.
'...maybe Bubblee's had it right all the time - attach yourself to no-one and nothing.'
Sometimes you're so busy waiting for change that you miss the fact that you yourself are changing
0 Komentar