Pertanyaan seperti itu sering saya dapatkan dari teman atau murid di
sekolah. Biasaya setelah kalimat itu diucapkan maka rentetan kesulitan
belajar Bahasa Inggris akan terdata dengan detail. Misalnya,
Aku lho, udah belajar Bahasa Inggris dari SD sampai kuliah masih aja gabisa baca tanpa buka kamus apalagi ngomong cas cis cus. Bisanya cuma 'yes' sama 'no' aja. Hahaha.
atau,
Bahasa Inggris tulisan sama cara ngomongnya beda, terus rumus tenses nya itu lho...puyeng aku ngafalinnya.
Saya sendiri juga mengalami hal yang sama. Meskipun saya mengambil jurusan
Pendidikan Bahasa Inggris dan saat ini sudah menjadi guru Bahasa Inggris,
kesulitan-kesulitan dalam berbahasa asing itu tetap masih saya temui. Ada
beberapa hal yang menjadi penyebab Bahasa Inggris susah dikuasai. Coba kita
identifikasi bersama ya.
Bahasa Asing
Di Indonesia, Bahasa Inggris adalah bahasa asing. Sehingga tidak digunakan
untuk interaksi sehari-hari. Kita akan cenderung menggunakan Bahasa Indonesia
atau bahasa daerah untuk berinteraksi dengan keluarga, teman, atau bahkan orang
yang tidak kita kenal. Dalam konteks resmi pun kita menggunakan Bahasa
Indonesia sebagai bahasa pangantarnya, seperti saat kita menulis surat lamaran
kerja, saat kita presentasi di kelas, atau saat mengikuti seminar. Ya, memang ada sebagian orang dan lingkungan yang menggunakan Bahasa Inggris, tapi
jumlahnya terbatas.
Akhirnya, kemampuan berbahasa Inggris pun tidak terlalu dibutuhkan. Istilah
gampangnya,"Ngga bisa Bahasa Inggrispun masih bisa bertahan hidup."
Beda kondisinya kalau kita pergi ke luar negeri seperti, Thailand atau
Australia. Akhirnya mau tak mau harus memakai Bahasa Inggris untuk bertahan
hidup. So, sangat diperlukan the strong why atau alasan
yang kuat kenapa kita harus bisa Bahasa Inggris. Supaya kita punya target.
Misalnya, pengen belajar Bahasa Inggris supaya bisa nambah sumber wawasan, atau
pengen bisa berbahasa Inggris supaya pas nonton film tidak perlu pakai subtitle
lagi.
Dampak lain penggunaan Bahasa Inggris yang tidak terlalu dominan di Indonesia adalah sulitnya bagi orang yang mau belajar untuk mendapatkan lingkungan yang
mendukung. Bahkan, kadang orang-orang terdekat lah yang malah mengujarkan
kata-kata sanksi. Misalnya,"Apaan sih pake Bahasa Inggris segala,"
atau,"Ngomong apa sih? ga jelas," atau bahkan hanya sekadar senyuman
sinis dan tawa terbahak-bahak karena kita mengucapkan kata atau grammar yang
salah. Kalau kita tidak punya mental ndableg mungkin kita auto
mundur dan malu belajar Bahasa Inggris lagi. Padahal belum tentu yang sering
memberikan komentar buruk itu adalah orang yang berkemampuan lebih baik dari
kita. So, just keep going.
Bukan Phonetic Languange
Apa itu phonetic language?
Phonetic language itu contohnya bahasa nasional kita, Bahasa Indonesia. Secara definisi kurang lebih bisa diartikan sebagai bahasa yang ejaan dalam penulisan dan
pengucapannya sama.
Misalnya, huruf "A" dibaca /a/ dan "B"
dibaca /be/. Nah, saat huruf-huruf itu dimasukan ke dalam kata "baba"
maka cara bacanya adalah kombinasi antara cara baca huruf B dan A. Mau susunan hurufnya
diganti pun huruf A tetap dibaca /a/ dan huruf B tetap dibaca /b/.
Aturan ini
berbeda dengan Bahasa Inggris. Misalnya pengucapan huruf A
pada kata "apple" akan berbeda pengucapannya pada huruf A yang ada pada
kata "grape". Inilah yang kadang membuat kita perlu mengubah cara berpikir dalam berbahasa.
Cara berpikir di sini bukan pada segi konten pesan yang ingin disampaikan, ya. Tentu kita tetap harus jadi diri sendiri dalam memproses hal-hal yang ingin kita utarakan. Cara berpikir di sini lebih pada teknis produksi kata dan aturan kebahasaannya. Contohnya, dalam berbahasa Inggris kita dituntut untuk lebih peka terhadap bunyi
huruf-huruf yang akan berganti bunyinya saat diletakkan pada kata yang berbeda. Kita juga harus mulai menyadari perbedaan waktu terjadinya berbagai kejadian yang yang tercermin dari tenses.
Hal-hal yang tidak kita temukan di Bahasa Indonesia inilah yang membutuhkan
waktu penyesuaian. Awalnya akan terasa aneh, tapi akan terbiasa jika sudah
sering dengar, sering lihat, dan sering digunakan.
Kita Terlalu Membatasi Sumber dan Media Belajar
"Aku pengen bisa Bahasa Inggris tapi ngga punya uang buat ikut kursus."
Mungkin masih ada ya yang berpikir seperti ini. Namun. mindset seperti
ini sepertinya harus mulai dipertanyakan, (karena kata pengen di sini agak meragukan, benar-benar pengen bisa atau hanya basa
basi)
Bukan bermaksud untuk menghina tapi jaman sekarang sumber belajar Bahasa
Inggris itu sudah sangat berlimpah. Kursus bisa jadi alternatif, tapi bukan satu-satunya. Saya sendiri pernah ikut kursus selama tiga bulan, tapi di luar kursus tersebut tetap ada usaha tambahan yang harus dilakukan agar hasilnya maksimal. Sumber dan media belajar berikut ini mungkin bisa membantu:
1. Banyak youtuber yang
punya video menarik untuk belajar Bahasa Inggris
2. Lagu-lagu dan film
berbahasa Inggris sangat mudah didapatkan, tinggal numpang wifi terus download deh.
3. Buku-buku referensi dengan harga yang terjangkau
pun banyak beredar di pasaran
4. Novel-novel berbahasa
Inggris yang sangat terjangkau di toko loak (dulu saya masih bisa membeli
novel bekas dengan harga 15 ribu. Apalagi sekarang ada yang namanya Big Bad
Wolf, masyaallah itu novel berlimpah bagus-bagus wooooyyy)
5. Buka browser, cari soal
latihan grammar, eh langsung nongol berbagai macam pilihan.
6. Komunitas berbahasa Inggris
online juga banyak.
7. Aplikasi kamus juga banyak, tidak perlu
lagi bawa kamus setebal bantal kemana-mana.
8. Kita juga bisa latihan
menulis dengan membuat status atau caption ala-ala di social media,
atau kalau mau lebih keren lagi bisa membuat jurnal setiap hari
menggunakan Bahasa Inggris.
9. Untuk latihan berbicara,
kita bisa memanfaatkan aplikasi recorder di HP masing-masing.
10. Bisa juga memanfaatkan cermin di
kamar
11. Bisa juga ajak teman yang
pengertian buat jadi pendengar setia.
12. Kalau tidak ada, bisa
juga ngobrol sama mbak Google Assisstant pake Bahasa Inggris.
(Ini serius ya, mbak google itu punya kemampuan yang lumayan kalo diajak
ngomong pake Bahasa Inggris, meskipun kadang dia ngga nyambung-nyambung banget
tapi si mbak satu ini lumayan asik).
13. lain-lain...(tambahkan
sendiri, saya yakiiinnn masih buanyaaak cara dan sumber yang bisa digunakan
untuk belajar).
Takut Salah
Untuk teman-teman yang masih takut salah saat belajar Bahasa Inggris, mulai
sekarang coba pikirkan hal ini. Kita bukan orang Inggris atau native
speaker dari Bahasa Inggris dan kita mempelajari Bahasa Inggris
sebagai bahasa asing, ya kalau salah itu adalah hal yang sangat lumraaaaaaaaaahhhh.
Bahkan penutur aslinya pun juga pernah salah. So, kalau kita sedang proses
belajar Bahasa Inggris kemudian ada bagian-bagian yang salah itu wajar dan
bahkan memang harus begitu supaya kita tahu yang benar seperti apa. Lihat
saja anak balita yang sedang belajar berbicara, dia pasti akan melakukan banyak
kesalahan, namun dia tidak menyerah dan akhirnya jadilah kita-kita sekarang ini
yang bisa berbicara cas cis cus dan baca buku wes ewes ewes. Ayo semangaaaattt.
Saya sendiri pernah menjerumuskan diri ikut lomba debat Bahasa Inggris
tingkat provinsi yang akhirnya berakhir dengan "diam seribu
bahasa,"(maafkan saya Pak Indra), pidato berbahasa Inggris yang berakhir
dengan tangisan (Pak Anggono dan Pak Sam guru di SMK tau pasti kejadian ini),
nilai bahasa Inggris yang sangat jeblok, nilai C di mata kuliah Grammar I yang
padahal bobotnya 3 sks, presentasi Bahasa Inggris yang tanpa sengaja keluar logat
jawanya dan akhirnya ditertawakan satu kelas, bahkan sampai sekarang saya
mengajar di kelas pun kadang siswa saya yang mengoreksi cara pengucapan saya.
Awalnya saya sangat malu dengan rentetan kejadian itu, tapi ternyata
hal-hal itulah yang membuat saya lebih kuat (kuat menahan malu kalau salah
dalam belajar, hahaha). Akhirnya, semua orang punya momennya sendiri untuk
menunjukkan sisi aneh dan kualitas buruknya. Tinggal proses ke depannya yang
akan menentukan, apakah keanehan itu perlu ditakuti hingga akhirnya benar-benar
jadi aneh sampai kapanpun, atau perlu kita olah supaya menjadi hal yang lebih
bermanfaat.
Sekolah Jadi Penentu
Di sekolah, siswa sekolah menengah mendapatkan lebih dari 10 mata
pelajaran. Salah satunya adalah Bahasa Inggris. Sementara tidak semua siswa
suka dengan ilmu linguistik seperti Bahasa Inggris. Apalagi, kemampuan Bahasa
Inggris bukanlah hal yang mereka butuhkan dan menjadi prioritas utama bagi
mereka untuk saat ini. Ditambah lagi dengan gurunya yang mengajar dengan
tugas-tugas saja, tanpa ada makna dalam pengajarannya. Lalu berharap anak-anak
tersebut mempunyai kemampuan Bahasa Inggris yang bagus?
Nilai bagus iya, tapi kemampuannya? mungkin tidak.
Kenapa mungkin? karena masih ada peluang antar siswa dan gurunya saling bekerjasama,
inisiatif, dan saling menyemangati satu sama lain. Aamiin.
Tapi kondisi semacam ini sangat sulit terealisasi. Saya sendiri kadang
kewalahan dengan siswa yang motivasi belajarnya sangat rendah. Saya juga masih
sering terjebak dengan target materi di kurikulum, padahal kadang yang tertulis
di daftar kompetensi dasar bukanlah hal yang dibutuhkan oleh anak-anak saat
ini. Apalagi dengan hanya bertemu dengan siswa di kelas selama kurang lebih 2-3
kali seminggu rasanya itu masih sangat kurang untuk mengembangkan skill
baru.
Sangat diperlukan adanya inisiatif dari siswa untuk mencari
referensi dan alternatif belajar tambahan. Perlu juga kemampuan guru untuk
memancing motivasi belajar siswa belajar Bahasa Inggris di tengah riweuhnya 10
mata pelajaran lain yang juga melakukan hal yang sama.
Nah, itulah beberapa penyebab susahnya belajar Bahasa Inggris versi saya. Apakah ada
diantaranya yang cocok dengan penyebab kesulitan belajarmu? Pada intinya, saat
kita benar-benar ingin menguasai suatu keterampilan maka kita akan melakukan
inisiatif-inisatif untuk mendapatkannya. Kalau masih setengah-setengah
kemungkinan besar kita harus melihat lagi, apakah kita benar-benar ingin atau
tidak.
Semangat teman-teman, semoga tulisan ini bermanfaat dan kita semua
diberikan kemudahan dalam belajar apapun.
0 Komentar