Asik Nggak sih Jadi Guru?



Hadiah dari siswa untuk guru-guru di sekolah
Ini dia isinya, thank you, guys!

Tanggal 25 November lalu diperingati sebagai Hari Guru. Tak heran kalau di sosial media banyak muncul postingan ucapan hari guru atau kejutan-kejutan di sekolah untuk para guru pada hari yang sama. Dari beberapa unggahan tersebut mengesankan bahwa pekerjaan sebagai guru sangat diapresiasi dan dihargai terutama oleh siswa-siswinya. Hal ini tergambar dari keceriaan dan suka cita yang ditampilkan melalui foto-foto peringatan Hari Guru yang kita jumpai di Instagram, Facebook, dan sosial media yang lain. Namun, apakah profesi guru memang sekeren itu?

Beberapa dari teman-teman yang melihat postingan saya di instagram atau di platform yang lain bilang kalau saya sangat menikmati profesi sebagai guru dan sebagian yang lain ada juga yang tanya pertanyaan-pertanyaan unik seputar dunia keguruan. Nah, pada kesempatan kali ini saya akan mencoba untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan itu. Semoga bisa memberi gambaran bagi teman-teman yang ingin memutuskan masuk ke dunia pendidikan khususnya menjadi guru.

Asik ga sih ngajar?

Sebenarnya asik atau nggak-nya itu relatif, setiap orang punya standar asiknya masing-masing. Nah, kalau menurut pendapat saya jadi guru itu asik. Setiap hari saya bisa bertemu dengan anak-anak yang notabene masih asik diajak bercanda. Mereka punya cerita berbeda setiap hari yang kalau kita siap jadi pendengar cerita itu bisa jadi berjilid-jilid. Asiknya lagi saat ngajar dan kita menjelaskan suatu konsep terus mereka bilang, “Ooooo, gitu ya, Ms.” MasyaaAllah...itu rasanya seneng banget. Hal lain yang membuat saya menikmati saat-saat mengajar adalah saat mendengarkan pendapat siswa yang dibilang unik karena masing-masing anak memiliki cara berpikir yang berbeda. Kadang bingung juga sih kalau ada yang terlampau kritis. Itu berarti saya masih perlu belajar lagi supaya bisa menjadi fasilitator belajar yang lebih baik. Semangat belajar!!!

Kendala apa aja yang ditemui selama jadi guru?

Pada dasarnya, profesi guru sama dengan profesi lainnya, ada plus dan minusnya. Setidaknya, itulah simpulan saya selama kurang lebih dua tahun menjalani profesi ini. Banyak ups and down yang saya lalui hingga akhirnya saya bisa bilang, “Oh begini toh pola kerjanya.” Nah, kendala atau kesulitan yang biasa ditemui itu kalau saya lagi kehabisan ide strategi pengajaran. Jadi, di sekolah tempat saya mengajar itu menggunakan metode active learning. Jadi, guru berperan sebagai fasilitator dan siswa berperan aktif selama pembelajaran. Kondisi ini sangat berbeda dengan gaya belajar di sekolah yang saya jumpai dulu pas masih jadi murid. Penggunaan metode ceramah dalam satu pertemuan full sangat jarang dijumpai, pasti ada aja activity khusus untuk setiap pertemuan. Saya akui ini konsep bagus, bagus banget malahan. Hanya saja, kadang saya masih bingung, “Kalau materinya ini bagusnya pakai activity  apa ya?”

Kan ada RPP, kok bingung sih?

Karena kadang yang sudah direncanakan juga bisa gagal. Faktor penyebabnya bisa karena kondisi kesiapan siswa dan guru. Kadang gurunya udah on fire,  tapi ternyata siswanya lagi ga bagus moodnya dan juga sebaliknya. Dan ini hal yang normal, namanya juga manusia. Hehe... Nah kalau sudah seperti ini, penting banget kemampuan manajemen kelas. Dan kemampuan itu bisa terasah dengan baik sesuai dengan jam terbang mengajarnya.

Emang pengalaman ngga bisa bohong.

Kamu jadi guru itu emang cita-cita kamu dari awal ya?

Emmmm, bisa dibilang seperti itu. Pas sekolah dulu guru di sekolah jumlahnya bisa lebih dari 50 orang. Dari sekian banyak guru itu ada beberapa guru yang meninggalkan kesan mendalam hingga akhirnya saya memutuskan menjadi guru. Ada yang inspiratif dengan cerita hidupnya, ada yang kerasa banget ketulusan selama ngajarnya, sampai-sampai membuat saya terharu setiap mengingat beliau, ada juga yang keren banget cara ngajarnya dan bisa membuat siswa-siswanya gampang paham, ada juga yang sering ngelawak dan bisa membuat suasana kelas hidup terus. Setelah bertemu dengan orang-orang keren itu akhirnya saya berpikiran bahwa jadi guru itu luar biasa. Selalu berinteraksi dengan potensi-potensi baru dan berusaha mengembangkannya dengan cara-cara yang unik. Nah, inilah yang jadi alasan saya untuk mengajar. Sesimpel itu sih latar belakangnya.

Pernah nyesel ngga jadi guru?

Nope, sampai saat ini belum ada penyesalan dan semoga sampai nanti pun juga ngga ada. Saya bersyukur dipertemukan dengan siswa-siswa dan rekan-rekan kerja yang luar biasa. Mereka yang membuat saya nyaman dengan profesi ini. Sebelum ngajar kemampuan speaking  saya bisa dibilang yaa gitu deh. Alhamdulillah setelah berinteraksi dan belajar bareng siswa, saya merasakan improvement pada skill tersebut. (udah kaya ngasih testimoni klinik tongfang, hahaha...). Selain itu, kondisi tempat kerja juga alhamdulillah sangat supportive pada pengembangan kemampuan guru. Jadi, bisa terus belajar dan belajar dari teman-teman guru yang lain. Asli, mereka kreatif-kreatif banget. Aku mah apa atuh.

Kamu kok keliatan menikmati banget sih jadi guru?

Sering banget saya mendapat tanggapan seperti ini dan saya akan bilang “Alhamdulillah” setiap saya dapat feedback seperti itu. Ya benar, saya menikmati. Menurut saya menjadi guru bagi seorang wanita itu pas. Apalagi nanti kalau sudah berumah tangga (jangan tanya kapan nikah yeeee, please) dan punya anak, karena jadi guru itu liburnya banyak, waktu luangnya juga banyak, pulangnya nggak malem (kecuali pas acara-acara tertentu, hehe), dan selalu ketemu sama anak-anak. Jadi bisa belajar psikologi anak secara langsung. Enak deh pokoknya.

Apa yang bikin kesel kalau di sekolah?

Ada pastinya. Misalnya kalau ada siswa yang ngeyel, moodnya lagi nggak bagus terus akhirnya marah-marah sendiri, strategi ngajar tidak berhasil, dll. Kalau ditulis disini jadinya curhat panjang lebar nantinya. Hehe, tapi menurutku masih dalam kondisi wajar dan itu normal. Namanya juga manusia (I mentioned it again). Karena guru itu pada dasarnya sama dengan siswa. Kami juga manusia meskipun memang kami lebih dewasa. Kami juga kadang naik turun emosinya, tapi guru yang profesional pasti bisa mengendalikan emosinya (kata Pak Arif Rahman di salah satu seminarnya).

Pernah kesel sampai marah-marah nggak kalo di sekolah?

Pernah, tapi saya kurang ahli di bidang ini karena saya kalem (Hahahha...apasih, Yu). My students know it better, you can ask them.

Sejauh ini, itulah beberapa pertanyaan yang saya dapat dari teman-teman. Thanks a lot for giving me such question. Ini bisa jadi bahan evaluasi juga untuk saya kedepannya supaya bisa jadi pengajar yang lebih baik. Kalau ada yang mau ditanyakan lagi bisa ditulis di kolom komentar ya.

In conclusion, emang jadi guru sekeren itu ya? Setiap hal bisa jadi keren kalau kita bisa menikmatinya. So, enjoy whatever you do and give your best shot. Thank you.

Posting Komentar

0 Komentar